I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia
adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup
dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap
insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah &
memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak
hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun
perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dengan
berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik &
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang
penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb
antara lain :
v Bagaimana hakikat menjadi seorang
pemimpin?
v Adakah teori – teori untuk menjadi
pemimpin yang baik?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin
yang melayani?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin
sejati?
v Bagaimana hubungan kearifan lokal
dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
· Melatih mahasiswa menyusun paper dalam
upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
· Agar mahasiswa lebih memahami dan
mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan kearifan lokal.
I.4 METODE
PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis
menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak
hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke
warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih
praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data –
data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
I.5 RUANG
LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis
miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai
kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN
Mengenal Arti Kepemimpinan
Stogdill (1974) menyimpulakan bahwa
banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa
unsur yang sama.
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996),
istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Anderson (1988) “Leadership
means using power to influence the thoughts and action of others in such a way
that achieve high performance”.
Berdasarkan definisi-definisi
diatas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain:
·
Kepemimpinan berate melibatkan orang
atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan
atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupu
demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpina.
·
Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang yang dengan kekuasaannya(his or herpower) mampu menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat
menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk
mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
·
Kepemimpinan harus memliki kejujuran terhadap diri sendiri (intergrity),
sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan
(cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment),
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan
untuk meuakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi.
Kepemimpinan
seringkali disamakan dengan manajemen. Padahal, keduanya berbeda. Menurut Bennis
and Nanus (1995), pemimpin berfokus mengerjakan yang benar, memastikan tangga
yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat.
Sedangkan
manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat sedangkan manajemen
mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Berikut
perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan:
·
Model Watak Kepemimpinan
Pada umumnya studi pada tahap awal
mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri pada pemimpin,
seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan
berbicara, kesupelan dalam bergaul, status social ekonomi mereka dan lain-lain
(Bass 1960, Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa
terdapat enak kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan
pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partipasi, status dan
situasi.
·
Model Situasional
Model ini merupakan pengembangan
model sebelum dengan focus utama faktor situasi sebagai variable penentu
kemampuan kepemimpinan
·
Model Kepemimpinan yang Efektif
Model ini memberikan informasi
tentang tipe-tipe tingkah laku (type of behaviors) para pemimpin
yang efektif
·
Model Kepemimpinan Kontingensi
Model ini memfokuskan perhatiannya
pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan
variable-variabel situasional.
·
Model Tranformasional
Ini merupakan model yang relative baru,
yang pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya
untuk melakukan tanggungjawab meraka lebih dari yang meraka harapkan.
Pemimpin transformasional barus
mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi,
dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpin.
II.1 HAKIKAT
KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang
Pemimpin, beberapa diantaranya :
· Menurut Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan
bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
· Menurut Robert Tanembaum,
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
· Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah
orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang
baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya
mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis and Filley,
Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang
yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin
harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan
ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus
mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang
dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus
mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan
sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya
sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu
banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain
their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan
menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas –
Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.
Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan
sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi
tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi
keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi
sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan
sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu
organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas
tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang
teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory
)
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin
yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari
pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena
pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang
berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak
mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini
kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya
memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang
kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri
dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku
seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam
hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan
hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang
pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian
yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting
dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan
dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok
sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang
baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat
kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat
tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat
diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya
kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan
dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya
lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan
keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi
pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini
pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun
demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan
wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat
sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh
terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat
pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian
menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin,
terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan
struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas.
Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan
kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya
kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas
yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi
konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah
mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni
model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi
antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut,
tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin
dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture),
dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan
oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut,
variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada
posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan
situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam
Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya
memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki
gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun
perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk
melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan
oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan
perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya
tersebut adalah
~ Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan
dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi
untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan
waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating
(penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan
waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan
dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil
yang sudah dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil
proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan
itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai
masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi
dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan
waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
~ Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin
memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal
ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan
proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan
berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka
dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka
mengenai peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin
mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya
Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan
efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas
atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan
kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin
berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang
disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi
(yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang
berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat
gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang
dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus
yakni :
Q Kemampuan analitis (analytical skills)
yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk fleksibel (flexibility
atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan
yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
Q Kemampuan berkomunikasi (communication
skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya
kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat
dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat
melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah
informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin
rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam
suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta
kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar
organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources Allocator ® Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan
waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 :
156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap
orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara
kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin
yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung
pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak
bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan
pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah
orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus,
kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat,
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat
fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah
sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan
hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari
hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter
Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi
justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell
berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin
sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang – orang di
sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi
atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi
atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada
mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan
kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah
akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh
tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan
tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap
anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar.
Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan
maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan
yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka
yang dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada
sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang efektif dimulai
dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk
melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang
dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang
yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan
dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara
sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang
dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada
artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk
senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya
sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi,
yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak
hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter
dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan
perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka
perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Ø Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin
focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan
dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca
Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard
yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ
the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah
kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin –
pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya
adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang
–orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati,
mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik
bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
II.4
KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan
hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi
pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside
out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak
ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau
menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan
pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t think you have to be waering stars on your shoulders
or a title to be leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any
time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan
Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang
di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi
pemimpin di lain waktu.
Sering kali seorang pemimpin sejati
tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi
atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa
merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi
semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah
sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor &
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati
dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah
kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan
kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang
pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis
menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara
pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga
Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnya menderita selam bertahun – tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis
buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati
dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala –
galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa
kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya
tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas,
seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q
Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
Ø Q berarti kecerdasan atau intelligence.
Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan
emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
Ø Q leader berarti kepemimpinan yang
memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ø Q leader berarti seorang pemimpin yang
memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
Ø Q keempat adalah qolbu atau inner self.
Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh – sungguh mengenali
dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management
atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti
menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk
mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi
dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna
kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek
penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter dari dalam diri
(character chage).
· Visi yang jelas (clear vision).
· Kemampuan atau kompetensi yang tinggi
(competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin
yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara
internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis,
pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan
kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way
that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing,
somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.”
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan
local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan
rumit,
Dalam
suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi
dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita.
Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang
teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana
kondusif.
Kehidupan
manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan.
Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa
kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia
di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang
muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya
adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di
Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata
dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani.
Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan
rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti,
penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit
air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya
sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong.
Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada
pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27
desember 2007
Bung Tomo (pahlawan tanpa gelar pahlawan)
mungkin informasi ini adalah hal sangat
mengagetkan buat saya. ya seperti yang sudah kita tahu, di buku2 sejarah
kemerdekaan Indonesia yang kita baca, dari masih sd sampe SMA. Nama Bung Tomo
itu begitu familiar, karena beliaulah pemimpin arek-arek suroboyo pada pertempuran
10 november di surabaya. Yang pertempuran itu begitu dahsyat.
Berdasarkan beberapa buku yang saya baca, strategi
gerilya pada saat itu sangat dahsyat. bayangkan saja, jadi ketika belanda
memblokade jalan, para arek-arek suroboyo yang dikomandoi Bung tomo itu menyerang
hanya dengan menggunakan bambu runcing. Mereka menyerang secara bergelombang,
sehingga ketika gelombang pertama gugur, maka datang gelombang berikutnya.
Begitu seterusnya sampai tentara belanda sendiri bosan dan ngeri nembakin para
pejuang tersebut… Dan akhirnya para pejuang itu dikubur secara masal di tempat
yag sekarang dijadikan tugu pahlawan di Surabaya.
Sebagai keturunan surabaya, saya cukup kaget juga
mendengar bung tomo baru di kasih gelar pahlawan tahun ini. Dari penelusuran saya,
ternyata untuk mendapat gelar pahlawan dari presiden itu harus diajukan oleh
Direktur Kepahlawanan, Kejuangan, dan Keperintisan Departemen Sosial Indonesia.
dan syarat sdministrasi yang harus dilengkapi adalah harus adanya daerah yang
mengusulkannya, dan menyelenggarakan seminar mengenai calon pahlawan tersebut.
nah yang bikin saya bingung, lah “gitu aja kok repot……”. serasa terganjal
birokrasi.
padahal yang namanya pahlawan nasional itu
menurut saya sih, yang penting dia berjasa buat bangsa dan negara ini, dan pantas
untuk dijadikan teladan. Berdasarkan cerita diatas, Bung Tomo jelas adalah
seorang pahlawan. Tapi dia pahlawan tanpa gelar pahlawan. Yang jelas bagi arek-arek
suroboyo, bung Tomo adalah pahlawan dari dulu. walaupun pemerintah baru
mengangkat bung Tomo jadi pahlawan tahun ini.
yang menarik lagi adalah adanya rumor bahwa,
terlambatnya pegangkatan pahlawan untuk bung tomo ini di tukangi oleh masalah
politik. Berdasarka penelusuran saya juga, Bung Tomo pernah terlibat masalah
dengan pemerintahan orde baru, sehingga dia sempat dipenjara. Dan lagi yang
paling parah, adalah adanya rumor bahwa kalimat penyemangat bung Tomo saat
pidato perang 10 november itu , telah mengesankan dirinya adalah seorang islam
yang radikal (sama kayak M natsir), sehingga agak sulit diberi gelar pahlawan.
Seperti yang terjadi pada M. Natsir……
Apapun alasannya, sekarang bung Tomo sudah
diangkat jadi pahlawan. Walaupun beliau tidak dapat gelar pahlawan pun, bung
Tomo tetap pahlawan. yang pasti tugas kita sebagai pemuda Indonesia adalah menghargai
jasa para pahlawan kita dan meneladani mereka. seperti kata bung Karno “bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya”…
Bung tomo dengan semangatnya, Jend Sudirman
dengan kepemimpinannya, Bung karno dengan kecerdasannya, M Natsir dengan
diplomasinya, WR Supratman dengan musiknya dan begitu banyak lagi para bapak
pendiri bangsa ini yang pantas dijadikan teladan bagi kita para generasi muda.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung
pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2
SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap
pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan.
Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin
yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
0 komentar:
Posting Komentar