Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai
tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan
ketekunan
Berdasarkan
teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun
teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari
sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan
memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang
sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan
pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang
berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat,
seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi
yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan
anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada
perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan
motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama
dengan semangat.
Dalam hubungan
antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang
berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang
memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi Sebaliknya
elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama
seseorang dapat mempertahankan usahanya
Motif
Menurut Cut
Zurnali (2004), motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah
laku atau bersikap tertentu. Jadi dicoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh seseorang? Apa yang
menyebabkan mereka melakukan sesuatu pekerjaan atau aktivitas. Ini berarti
bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam dirinya (inner
needs) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivasi untuk
memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menentukan tindakan
yang mereka lakukan.
Lebih lanjut
Cut Zurnali mengutip pendapat Fremout E. kast dan james E. Rosenzweig (1970)
yang mendefinisikan motive sebagai : a motive what prompts a person to act
in a certain way or at least develop appropensity for speccific behavior. The
urge to action can tauched off by an external stimulus, or it can be internally
generated in individual thought processes. Jadi motive adalah suatu dorongan
yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya adalah
suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu.
William
G Scott (1962: 82) menerangkan tentang motive adalah kebutuhan yang belum
terpuaskan yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Secara
lengkap motiv menurut Scott motive are unsatiesfied need which prompt an
individual toward the accomplishment of aplicable goals. Berdasarkan uraian di
atas dapat dikatakan, motive adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang
untuk melakukan perbuatan guna memenuhi kepuasannya yang belum terpuaskan.
Selain itu, Maslow sebagaimana diungkap pada halaman sebelumnya membagi
kebutuhan manusia ke dalam beberapa hirarki, yakni kebutuhan-kebutuhan fisik,
keselamatan dan keamanan, sosial, penghargaan atau prestise dan kebutuhan aktualisasi
diri.
Agar
berhasil berkerja dengan orang-orang, wirausahawan hendaknya mempunyai suatu
pengertian mendalam mengenai baik proses motivasi maupun langkah-langkah yang
harus diambil untuk motivasi anggota organisasi
A.
DEFINISI
MOTIVASI
Motivasi
didefinisikan sebagai kadaan dalam diri individu yang menyebabkan mereka
berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi
menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka
mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian
tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam dalam semua organisasi adalah
hasil dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci
bagi wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas
Model
Motivasi
Berbagai
model yang menguraikan bagaimana motivasi terjadi telah dikembangkan. Tiga dari
model tersebut adalah: (1) Model kebutuhan-tujuan, (2) model ekspektasi Vroom,
dan (3) model Porter-Lawler.
Model
Motivasi Kebutuhan-Tujuan
Model
motivasi kebutuhan dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan individu.
Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan untuk
mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah untuk
mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung tujuan
dan tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah sangat
berkurang.
Contoh,
seseorang mungking merasakan kelaparan. Kebutuhan ini ditransformasikan pertama
kedalam perilaku yang diarahkan untuk mendukung pelaksaan perilaku tujuan untuk
makan. Contoh dari perilaku yang mendukung termasuk juga aktivitas-aktivitas
seperti pembeli, memasak, dan menyajikan makanan untuk dimakan. Perilaku
pendukung tujuan tersebut dan perilaku tujuan makan itu sendiri akan
berkelanjuta sampai individu merasakan kebutuhan lapar menjadi berkurang.
Sekali individu mengalami kebutuhan lapar kembali, daur tersebut akan mulai
kembali.
Model
Ekspektasi Motivasi Vroom
Pada
kenyataannya, proses motivasi adalah situasi yang lebih rumit dibandingkan yang
digambarkan oleh model motivasi kebutuhan-tujuan. Model ekspektasi Vroom
mangatasi beberapa kerumitan tambahan. Seperti halnya dengan model
kebutuhan-tujuan, model ekspektasi Vroom didasarkan pada premis bahwa kebutuhan
yang dirasakan menyebabkan perilaku kemanusiaan. Akan tetapi disamping itu
model ekspektasi Vroom mengungkapkan isu kekuatan motivasi, kekuatan motivasi adalah tingkata
keinginan individu untuk menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat
atau menurun, kekuatan motivasi dikatakan berfluktuasi.
Menurut
model motivasi Vroom ini kekuatan motivasi ditentukan oleh: (1) nilai dari
hasil menjalankan suatu perilaku yang dirasakan dan (2) kemungkinan yang
dirasakan bahwa perilaku yang dijalankan oleh individu akan menyebabkan
diperolehnya hasil. Ketika kedua faktor tersebut meningkat, kekuatan motivasi
atau keinginan individu untuk menjalankan perilaku akan meningkat. Pada
umumnya, individu cenderung untuk menjalankan perilaku-perilaku yang
memaksimumkan balas jasa pribadi dalam jangka panjang.
Gambar 14-1. Model
Ekspektasi motivasi Vroo dalam bentuk persamaan
Model
Motivasi Porter-Lawler
Porter
dan Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi yang menggambarkan uraian
proses motivasi yang lebih lengkap dibandingkan model kebutuhan-tujuan atau
model ekspektasi Vroom. Model motivasi porter-Lawler ini konsisten dengan dua
model sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa (1) kebutuhan yang
dirasakan akan menyebabkan perilaku kemanusiaan; dan (2) usaha yang dilakukan
untuk mencapai suatu tugas ditentukan oleh nilai balas jasa yang dirasakan yang
dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan
menjadi nyata.
Disamping
itu, model motivasi porter-Lawler menekankan tiga karakteristik lain dari
proses motivasi:
1. Nilai
balas jasa yang dirasakan ditentukan oleh baik balas jasa intrinsik dan
ekstrinsik yang menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas
diselesaikan. Balas jasa intrinsik berasal langsung dari pelaksanaan suatu
tugas, sementara balas jasa ekstrinsik tidak ada hubungannya dengan tugas itu
sendiri. Contoh, ketika seorang wirausahawan memberi bimbingan pada bawahan
mengenai suatu masalah pribadi, wirausahawan tersebut mungkin mendapat balas
jasa intrinsik dalam bentuk kepuasan pribadi dengan membantu orang lain.
2. Tingkatan
dimana individu secara efektif menyelesaikan suatu tugas ditentukan oleh dua
variabel: (1) persepsi individu tentang apa yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu tugas, dan (2) kemampuan sungguhnya dari individu untuk menjalankan suatu
tugas. Sesungguhnya, efektivitas individu dalam menyelesaikan suatu tugas
meningkat ketika persepsi dari apa yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
tugas menjadi lebih akurat dan ketika kemapuan untuk menjalankan suatu tugas
meningkat.
3. Keadilan
balas jasa yang dirasakan aka mempengaruhi jumlah kepuasan yang dihasilkan oleh
balas jasa tersebut. Pada umumnya, semakin adil balas jasa yang dirasakan oleh
individu, semakin besar kepuasan yag dirasakan sebagai hasil dari menerima
balas jasa tersebut.
Kebutuha
Kemanusiaan
Model
motivasi yang dibahas sejauh ini menyatakan bahwa suatu pengertian mendalam
motivasi didasarkan pada pengertian mendalam mengenai kebutuhan kemanusiaan.
Terdapat beberapa bukti bahwa orang-orang pada umumnya memiliki kebutuhan yang
kuat untuk mendapatkan respek dari diri sendiri, respek dari orang lain,
promosi, dan pertumbuhan psikologis, beberapa teori telah dikembangkan untuk
membantu wirausahawan lebih mengerti kebutuhan tersebut. Teori-teori tersebut
adalah (1) Hirarki kebutuhan Maslow, (2) rangkaian kesatuan kedewasaan-ketidak
dewasaan Argyris, dan (3) motif berprestasi McCleland.
B.
HIRARKI
KEBUTUHAN MASLOW
Mungkin
deskripsi mengenai kebutuhan kemanusiaan dari orang-orang yang paling diterima
secara luas adalah konsep hirarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Abraham
Maslow.
Uraian
Hirarki Kebutuhan
Maslow
menyatakan bahwa manusia mempunyai lima kebutuhan dasar (1) kebutuhan
fisiologis, (2) kebutuhan keamanan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan
penghargaan, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Maslow berteori bahwa kelima kebutuhan
dasar tersebut bisa disusun dalam suatu hirarki arti pentingnya atau urutan
dimana individu biasanya akan bekerja keras untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan Fisiologis
adalah berhubungan dengan fungsi normal dari tubuh dan termasuk pula kebutuhan
fisiologi berhubungan dengan fungsi normal dari tubuh dan termasuk pula
kebutuhan akan air, udara dan kebutuhan biologis. Hingga kebutuhan tersebut
bias terpenuhi, bagian penting dari perilaku manusia ditujuan pada pemenuhan
kebutuhan tersebut.
Kebutuhan
keamanan
Kebutuhan keamanan
adalah kebutuhan individu untuk menjauhkan diri mereka dari bahaya. Bahaya
tersebut termasuk juga menghindari kecelakaan tubuh dan bencana ekonomi. Manajemen
mungkin akan membantu karyawan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan
melalui gaji yang dibayarkan pada karyawan.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Sosial
termasuk juga keinginan untuk disayangi, kemitraan, dan persahabat. Secara
keseluruhan, kebutuhan tersebut mencerminkan keinginan individu untuk diterima
oleh orang lain. Ketika kebutuhan tersebut terpenuhi, perilaku dialihkan pada
pemenuhan kebutuhan penghargaan.
Kebutuhan
Harga Diri
Kebutuhan Harga Diri
adalah keinginan individu untuk mendapat penghormatan dan biasanya dibagi
menjadi dua kategori: (1) penghargaan diri dan (2) penghargaan pada orang lain.
Sampai kebutuhan penghargaan terpenuhi, individu-individu akan terus termotivasi
untuk berperilaku yang berhubungan.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Kebutuhan untuk
mengaktualisasi diri adalah keinginan untuk memaksimumkan pontensi yang
dimiliki oleh individu. Contohnya, kepala sekolah SMA yang mencoba memuaskan
kebutuhan aktualisasi diri akan berkerja keras untuk menjadi kepala
sekolah yang baik. Kebutuhan aktualisasi
diri adalah tingkatan tertinggi dari hirarki kebutuhan Maslow
C.
RANGKAIAN
KESATUAN KEDEWASAAN-KETIDAK DEWASAAN ARGYRIS
Rangkaian
kesatuan kedewaan-ketidak dewasaa Argyris juga memberikan pandangan mengenai
kebutuhan kemanusiaan. Menurut Argyris, ketika orang-orang sesungguhnya
mengalami kemajuan dari ketidak dewasaan menuju kedewasaan, mereka bergerak
yaitu:
1.
Dari suatu keadaan pasif sebagai seorang anak
kecil kekeadaan meningkatnya aktivitas sebagai orang dewasa.
2.
Dari suatu keadaan ketergantungan pada orang
lain sebagai anak kecil kekeadaan relative independen sebagai dewasa.
3.
Dari suatu keadaan hanya mampu berperilaku
dengan sedikit cara sebagai seorang anak kecil menjadi orang yang berperilaku
bermaca-macam sebagai seorang dewasa.
4.
Dari anak kecil yang berminat tidak menentu,
sempit, sambil lalu, dan merosot dengan cepat menjadi orang dewasa yang
mempunyai minat yang lebih mendalam.
5.
Dari anak kecil yang hanya mempunyai perspektif
jangka pendek menjadi orang dewasa yang mempunyai perspektif jangka panjang.
6.
Dari anak kecil yang mempunyai posisi diatas
menjadi orang dewasa yang mempunyai posisi sejajar/dan atau dibawah.
7.
Dari anak kecil yang kurang mempunyai
kesadaran akan diri menjadi dewasa yang mampu mengendalikan diri.
Menurut
rangkaian kesatuan Argyris, ketika seorang menjadi dewasa, mereka mempunyai
kebutuhan yang meningkat akan (1) lebih banyak aktivitas, (2) keadaan yang
relative berdiri sendiri, (3) berperilaku dengan cara yang berbeda, (4) minat
yang lebih mendalam, (5) mempertimbangkan perspektif dalam jangka relative
panjang, (6) menduduki posisi seimbang dengan orang dewasa lainnya, dan (7)
mempunyai kesadaran diri dan mampu mengendalikan diri mereka. Tidak seperti
Hirarki Maslow, kebutuhan Argyris tidak disusun dalam hirarki.
D.
MOTIVASI
PRESTASI MCCLELLAND
Teori
lain mengenai kebutuhan kemanusiaan dipusatkan pada kebutuhan untuk berprestasi.
Teori ini yang terutama dipopulerkan oleh David McClelland mendefinikisan kebutuhan
berprestasi (need for achievement atau
Ach) sebagai keinginan untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik atau
afisien dibandingkan yang telah dikerjakan sebelumnya. McClelland mengatakan
bahwa pada beberapa orang bisnis kebutuhan untuk berprestasi demikian kuat
sehingga ia lebih termotivasi dibandingkan upaya mencapai keuntungan untuk
memaksimumkan kepuasannya, individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi
cenderung menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri yang adalah merupakan
tantangan tetapi bisa dicapai. Walaupun individu-individu tersebut tidak
menghindari resiko sepenuhnnya. Mereka menilai resiko dengan sangat hati-hati.
Individu yang termotivasi oleh keinginan berprestasi tidak ingin gagal dan akan
menghindari tugas-tugas yag melibatkan terlalu banyak resiko. Individu dengan
keinginan yang rendah untuk berprestasi umumnya menghindari tantangan, tanggung
jawab, resiko.
Memotivasi
Anggota-anggota Organisasi
Orang-orang
termotivasi atau menjalankan perilaku untuk memuaskan kebutuhan pribadi meraka.
Oleh karena itu, dari sudut pandang manajerial, memotivasi anggota organisasi
adalah proses memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka
sebagai hasil menjalankan perilaku produktif dalam organisasi. Memotivasi
adalah satu dari emapat aktivitas fungsi mempengaruhi yang saling berhubungan
yang dilaksanakan oleh wirausahawan untuk menuntun perilaku anggota organisasi
kearah pencapaian tujuan organisasional.
Arti
Penting Memotivasi Anggota-anggota Organisasi
Kebutuhan
dari anggota organisasi yang tidak terpenuhi akan menyebabkan munculnya
perilaku anggota organisasi yang tidak semestinya. Wirausahawan yang berhasil
didalam memotivasi anggota organisasi akan meminimisasi terjadinya perilaku
anggota organisasi yang tidak diinginkan dan memaksimumkan terjadinya perilaku
anggota organisasi yang diinginkan. Kemudian wirausahawan bisa meningkatkan
kemungkinan bahwa produktivitas anggota organisasi akan meningkat dan
memperkecil kemungkinan bahwa produktivitas anggota organisasi akan menurun.
Motivasi anggota organisasi yang berhasil adalah sangat penting bagi
wirausahawan.
Strategi
Memotivasi Anggota Organisasi
Wirausahawa
mempunyai berbagai strategi memotivasi anggota organisasi. Tiap strategi
tersebut ditunjukan pada pemenuhan kebutuhan anggota organisasi konsisten
dengan yang diuraikan oleh hirarki kebutuhan Maslow, rangkaian kesatuan
kedewasaan-ketidak dewasaan Argyris, dan motif berprestasi McClelland. Pada
hakikatnya strategi tersebut berisi garis pedoman umum apa yang bisa dilakukan
oleh wirausahawan untuk menjamin bahwa anggota organisasi memenuhi kebutuhan
tersebut melalui pelaksaan perilaku anggota organisasi yang sesuai. Strategi
motivasi menajerial tersebut adalah (1) komunikasi manajerial, (2) Teori X –
Teori Y (3) Rancangan pekerjaan, (4) Modifikasi perilaku.
E.
KOMUNIKASI
MANAJERIAL
Mungkin
strategi motivasi paling dasar adalah berkomunikasi dengan anggota organisasi.
Sebagai hasil komunikasi dengan wirausahawan, anggota organisasi bisa memenuhi
kebutuhan kemanusiaan dasar seperti pengakuan, rasa memiliki, dan keamanan,
contoh, pesan komunikasi dari wirausahawan kepada bawahan yang bersifat positif
bias membantu memenuhi keinginan pengakuan dan keamanan dari bawahan.
Sebaliknya, suatu pesan komunikasi dari wirausahawan yang negative akan
menyebabkan frustasi bagi bawahan, yang bisa menghasilkan perilaku yang tidak
produktif dari bawahan.
Wirausahawan
hendaknya bekerja keras untuk beromunikasi dengan anggota organisasi lainnya
sering mungkin, tidak hanya karena hal tersebut merupakan alat untuk
mengarahkan aktivitas organisasional tetapi juga karena hal tersebut merupakan
cara dasar untuk memuaskan kebutuhan kemanusiaan dari anggota organisasi.
F.
TEORI X – TEORI Y
Strategi
lainnya yang bisa digunakan oleh wirausahawan dalam memotivasi anggota
organisasi melibatkan asumsi yang dimilikinya mengenai sifat dari orang-orang.
Douglas. McGregor mengidentifikasikan dua perangkat asumsi dan merancang
seperangkat Teori X dan yang lainnya Teori Y: Teori X melibatkan asumsi yang dirasa McGregor sering digunakan
oleh wirausahawan sebagai dasar berhubungan dengan orang-orang, sementara Teori
Y mewakili asumsi yang dirasa McGregor hendaknya secara konstan manajemen
bekerja keras untuk menggunakannya.
Ada empat asumsi yang dimiliki
manajer dalam teori X.
1. Karyawan pada dasarnya tidak
menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
2. Karena karyawan tidak menyukai
pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman
untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan mengindari tanggung
jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
4. Sebagian karyawan menempatkan
keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit
ambisi.
Bertentangan dengan
pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula
empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y.
1. Karyawan menganggap kerja sebagai
hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
2. Karyawan akan berlatih mengendalikan
diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
3. Karyawan bersedia belajar untuk
menerima, mencari, dan bertanggung jawab.
4. Karyawan mampu membuat berbagai
keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi
mereka yang menduduki posisi manajemen.
Gambaran
diatas adalah Asumsi-asumsi Teori X dan
Teori Y dari McGregor yang mengenai sifat-sifat orang.
Teori
Z adalah dimensi efektivitas yang secara tidak langsung menyatakan bahwa
manajer yang menggunakan baik asumsi Teori X maupun Teori Y ketika berhubungan
dengan orang-orang akan bisa berhasil, tergantung pada situasi yang mereka
hadapi. Dasar pikiran penggunaan Teori Y dan bukannya Teori X pada sebagian
besar situasi adalah aktivitas manajerial yang mencerminkan asumsi Teori Y umumnya
akan lebih berhasil dalam memenuhi kebutuhan kemanusiaan dari sebagian besar
anggota organisasi dari pada aktivitas manajemen yang mencerminkan asumsi Teori
X. oleh karena itu, aktivitas manajemen yang didasarkan pada asums Teori Y
umumnya akan lebih berhasil didalam memotivasi anggota organisasi dibandingkan
aktivitas manajemen yang didasarkan asumsi Teori X.
Rancangan
Pekerjaan
Startegi ketiga berhubungan dengan
rancangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh anggota organisasi
Strategi
Rancangan Pekerjaan awal
Suatu
geraan dalam sejarah bisnis Amerika untuk membuat pekerjaan lebih mudah dan
lebih terspesialisasi telah meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Secara
teoritis, gerakan ini ditunjukan pada membuat tenaga kerja lebih produktif
dengan membuat merka mampu mengerjakan sesuatu lebih efisien. Contoh terbaik
adalah mengembang ini perakitan mobil. Hasil negative yang biasanya menyertai
penyederhanaan dan spesialisasi kerja ini adalah kebosanan. Ketika pekerjaan
menjadi lebih sederhan dan lebih terspesialisasi, pekerjaan tersebut biasanya
membosankan dan kurang memuaskan bagi individu-individu yang menjalankan
pekerjaan tersebut. Akibatnya, produktivitas akan menurun.
Mungkin
usaha awal untuk mengatasi kebosanan pekerjaan ini adalah rotasi pekerjaan. Rotasi Pekerjaan (job rotation) adalah
memindahkan individu-individu dari satu pekerjaan kepekerjaan yang tidak
membutuhkan individu-individu untuk melaksanakan hanya satu pekerjaan sederhana
dan terspesialisasi saja dalam jangka panjang. Contohnya seorang pegawai taman
tidak hanya menggerakan mesin pemotong rumput saja, tetapi juga berpindah
keaktivitas lainnya seperti menata taman, menyapu, dll. Walaupun program rotasi
pekerjaan diketahui meningkatkan kemampuan mendapatkan keuntungan dari
perusahaan, program tersebut tidak efektif karena dalam jangka panjang
individu-individu tersebut akan menjadi bosan dengan semua pekerjaan dimana
mereka dirotasi. Program rotasi pekerjaan biasanya efektif didalam mencapai
tujuan lainnya, seperti tujuan pelatihan didalam memberikan bagaimana berbagai
unit organisasi berfungsi.
Penambahan
pekerjaan(job enlargement) adalah
strategi yang lain yang dikembangkan untuk mengatasi kebosanan terhadap
pekerjaan yang lebih sederhan dan terspesialisasi. Penambahan pekerjaan
menyatakan bahwa pekerjaan akan lebih memuaskan juka sejumlah operasi yang
dilaksanakan oleh individu-individu menjadi meningkat.
Strategi
Rancangan Pekerjaan Paling Akhir
Sejumlah
strategi rancangan pekerjaan paling akhir telah dikembangkan sejak pengembangan
program rotaso kerja dan pengayaan kerja. Dua dari strategi paling akhir
tersebut adalah (1) pengayaan kerja (job
enrichment) dan (2) jam kerja Fleksibel (flexitime) .
Pengayaan
kerja Frederick Herzberg menyimpulkan
dari risetnya bahwa tingkat kepuasan dan tingkat ketidak puasan yang dirasakan oleh
anggota organisasi sebagai hasil melaksanakan suatu pekerjaan adalah dua
variable berbeda yang ditentukan oleh dua perangkat bagian. Dua motivator
sementara bagian yang mempengaruhi ketidak puasan kerja adalah factor
pemeliharaan. Factor pemeliharaan berhubungan dengan lingkungan kerja,
sementara factor motivasi berhubungan dengan kerja itu sendiri. Bagian-bagian
yang membentuk factor motivasi dan pemelirahaan Hertzberg disajikan pada Gambar
14-4.
Hertzberg
menunjukan bahwa jika faktor higienis sangat diperlukan pada suatu situasi
pekerjaan tertentu, anggota organisasiakan menjadi tidak puas. Membuat
factor-faktor tersebut lebih diperlukan, contohnya dengan meningkatkan gaji
umumnya tidak akan memotivasikan karyawan untuk bekerja lebih baik. Tetapi hanya
akan membuat mereka tidak menjadi puas. Sebaiknya, jika faktor motivasi sangat
tinggi dalam situasi pekerjaan tertentu, anggota organisasi biasanya
termotivasi untuk bekerja lebih baik.
Ketidak
puasan Faktor-faktor higienis atau pemeliharaan
|
Kepuasan:
Faktor-faktor motivasi
|
1. Kebijakan
dan adminitrasi perusahaan
2. Pengawasan
(penyeliaan)
3. Hubungan
dengan penyelia
4. Hubungan
dengan rekan kerja sebaya
5. Kondisi
kerja
6. Penggajian
7. Hubungan
dengan bawahan-bawahan
|
1. Kesempatan
untuk berprestasi
2. Kesempatan
untuk mendapat pengakuan
3. Kerja
itu sendiri
4. Tanggung
jawab
5. Kemajuan
dan peningkatan
6. Pertumbuhan
pribadi
|
Gambar 14-4
Faktor-faktor higienis dan motivator dari Herzberg
Proses
pembentukan motivator kedalam situasi kerja dinamakan pengayaan kerja. Anggota
organisasi paling produktif terlibat dalam situasi kerja yang
dikarakteristikkan dengan faktor higienis dan motivasi yang menguntungkan.
Masing-masing hirarki kebutuhan maslow yang menguntungkan factor higienis dan
motivasi bias memenuhi kedua tipe factor tersebut.
Contoh
pemenuhan kebutuhan harga diri yang dipenuhi dengan factor higienis adalah
ruang parkir-simbol status dan kondisi kerja yang membuktikan arti penting dari
anggota organisasi. Sebaliknya contoh kebutuhan harga diri yang dipenuhi dengan
factor motivasi berupa hadiah atau penghargaan yang diterima karena hasil kerja
yang sangat baik menunjukan arti penting melalui pengakuan pada kerja yang
dilakuakan dengan baik
Gambar 14-5.
Kebutuhan pada
hirarki kebutuhan Maslow yang umumnya terpenuhi oleh faktor higienis dan faktor
motivasi
Jam kerja fleksible
(flexitime) strategi rancangan pekerjaan lainnya untuk memotivasi anggota
organisasi didasarkan pada konsep jam kerja fleksibel. Mungkin karakteristik paling
tradisional dari kerja yang dilaksanakan di Indonesia adalah kerja yang
dilaksanakan selama delapan jam hari per hari kerja tetap. Akan tetapi,
ahkir-ahkir ini tradisi tersebut telah mendapat tantangan. Berhadapan dengan
masalah motivasi dan kemangkiran, banyak wirausahawan yang beralih ke inovasi
penjadwalan sebagai pemecahan yang mungkin
Tujuan
utama dari inovaso penjadwalan adalah bukanlah untuk emngurangi jam kerja total
selama mana anggota organisasi melaksanakan pekerjaannya tetapi memberikan keleluasaan
yang lebih besar kepada pekerja dalam tiap waktur yang tepat dimana meraka
harus melakukan pekerjaan mereka. Tujuan utama dari program jam kerja fleksibel
adalah bahwa program tersebut memungkinkan pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dalam waktu empat puluh delapan jam minggu kerja yang mereka
rencanakan sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar